Ramu Rindu



Angin mengecup keningku dengan lembut seraya tersenyum menggodaku. Rembulan tertawa dan bintang-bintang berkelip genit seolah mengerti ke mana angin akan bertamu. Mereka menyeringai saat aku ambil kaleng kesayanganku. Kisik dedaunan terdengar saat kutumpahkan sedikit isinya ke wadah kaca yang selalu siap menampung segala gulana yang sengaja aku ramu.

Malam ini seperti malam kemarin.

Lagi-lagi aku menyeduh rindu yang telah terpecik harap, dicampur sedikit curahan air mata penantian, dan diaduk oleh redupnya kesabaran. Ramuan ini membunuh perlahan. Awalnya hanya serpihan rindu hingga akhirnya menjadi candu.

Namun, malam ini tidak seperti malam kemarin.

Aku enggan menuangkan rasa ini ke botol kaca dan meminta angin mengantarkannya kepadamu. Aku enggan membiarkanmu meneguk ramuan ini seperti malam-malam sebelumnya. Aku enggan menetap dalam rinduku yang telah mengalir dalam ragamu. 

Malam ini, biarlah aku yang dicandu rindu dan mencumbu sukmamu dalam fananya mimpi.

 
-tyns -

Comments

Popular Posts