Abecedeeepge.

Dan tiba-tiba saja udara menjadi terlalu pahit untuk dihirup.

Terlalu banyak perasaan yang dipendam.

"Dibanding rasa sakit dan lemahnya badanku karena luka ini, rasa rindu itulah yang mampu membuatku menangis."

"Mengapa sesuatu yang begitu indah di pagi hari bisa menjadi sangat mengerikan di malam hari?"

Bisik lirih nan dalam di sela tangisannya menjadi abadi.

"Oh! Aku lupa. Aku lupa hal kecil itu. Aku lupa bahwa menyukainya begitu menyenangkan. Bodoh sekali, kenapa aku bisa melupakan hal sepenting itu?"

Dia tahu. Dia tahu kalau ini bukan dirinya.

Sahabat tak akan meninggalkan sahabatnya.

"Cobalah memahami apa yang tidak mau dimengerti."

"Sedih sekali ya. Saat kamu merasa bahwa dia adalah sahabatmu tetapi dia sama sekali nggak merasa seperti itu."

"Begini ya rasanya, menyukai seseorang lagi setelah sekian lama?"

Mendadak suhu menjadi begitu dingin dan menusuk sampai ke tulang rusuk.

"Kamu nggak boleh berhenti. Kamu adalah pemain utama, jika kamu hilang, selesailah sudah."

Dan gadis itupun menangis dalam diam.

Hening.

Dan janji-janji itupun berubah menjadi bualan belaka.

Saat yang terbaik menjadi yang terburuk.

"Bagaimana bisa hal sekecil ini mengubah hal sebesar itu?"

Ia telah lama menunggu. Menunggu untuk angin yang telah lalu.

"Haha. Lucu sekali. Saat aku di sana untukmu, kau tidak di sana. Saat aku mulai menyerah, kau ada di sana."

Hujan itu romantis.

"Kesepian? Itu kudapanku sehari-hari."

Baginya, melupakan tidak berarti membuang jauh-jauh kenangan. Melupakan berarti menyembunyikan perasaan.

Tatapan itu menusuk dingin ke dalam mataku. Menyerap kekuatanku. Menghisap keberadaanku.

"Punya kisah cinta kayak di komik? Mustahil, mustahil, mustahil."

"Asyik ya kalau punya rahasia. Kita bisa jadi kayak mereka."

Dia tidak bisa egois. Lebih tepatnya, dia tidak boleh egois.

"Kenapa kau tidak membalas pelukanku? Kau ragu akan sesuatu?"

"Janji ya, di manapun kamu, siapapun kamu nanti, kita harus menemukan satu sama lain. Aku yakin aku bisa menemukanmu dan begitu pun sebaliknya."

Kenapa orang yang ia sayang selalu melupakan perasaannya?

Awalnya biasa. Kemudian luar biasa. Akhirnya istimewa.

Terkadang, mimpi sangatlah membutakan. Penuh ilusi.

"Kalian harus punya nilai tambah untuk menjadi berbeda."

"Kalau boleh jujur, aku benci sebuah akhir."

Perpisahan bukanlah sebuah akhir.



Comments

Popular Posts